Lirik: Masyarakat miskin semakin miskin



Liriknya seolah mengingatkan saat jalan tol diblokir sepanjang 13 kilometer, menjelaskan hal itu akibat demonstrasi buruh. Para pekerja menuntut kenaikan upah.

Upah yang layak ditinjau dari sudut pandang dan kepentingan buruh, khususnya kepentingan partai politik Partai Buruh. Organisasi buruh menuntut kenaikan upah sebesar 15 persen, namun pemerintah daerah bersikap ekstrim dalam menaikkan upah jauh melebihi ekspektasi pekerja. Secara ekstrim, upah bahkan hanya akan sedikit meningkat pada tahun 2024, bahkan ada yang di bawah Rp50 per bulan.





Persoalannya adalah apakah memang telah terjadi perampasan kesejahteraan di Indonesia khususnya bagi para pekerja, khususnya masyarakat pada umumnya.

Benarkah pemerintah yang berkuasa telah dengan jelas dan terbuka bertindak untuk memiskinkan rakyatnya dan memperkaya sebagian kecil masyarakat yang lebih dicintainya daripada rekan-rekannya yang berpikiran sama? Apa yang sebenarnya terjadi, benarkah kaum kapitalis memangsa kaum buruh proletar?

Data dari Dana Moneter Internasional Tahun 2023 memberikan informasi bahwa pangsa paritas daya beli (PPP) Indonesia terhadap produk domestik bruto dunia total sebesar 1,42 persen pada tahun 1980.

Pada tahun 1990, angka ini meningkat menjadi 1,92 persen. Tahun 2000 sebesar 1,95 persen, khusus setelah krisis ekonomi negatif, tahun 1998 menjadi 13,5 persen. Tahun 2010 naik lagi menjadi 2,28 persen. Pada tahun 2020 kembali naik menjadi 2,48 persen. untuk tahun 2023 sebesar 2,51 persen.

Artinya, kesejahteraan masyarakat Indonesia secara umum mengalami peningkatan daya beli, bahkan jika dibandingkan dengan kemajuan ekonomi dunia.

Jadi suara nyanyiannya nyaring sekali, lagu orang miskin miskin secara statistik telanjang, dan sifat makronya tidak didukung. Yang terjadi justru peningkatan produksi yang turut meningkatkan daya beli perekonomian dunia.

READ  Kuartal III tahun 2023, Industri teknik dan elektronika mendominasi pelaksanaan FDI di Batam

Oleh karena itu, lagu kritik sosial memang merupakan lagu kritik yang sangat enak didengar, namun tidak didukung oleh bukti empiris makroekonomi.

Data di atas juga membantah “tuduhan” pemerintah yang berkuasa bertingkah seperti monster (raksasa), yang memanfaatkan dan mengeksploitasi kesejahteraan orang banyak. Faktanya, belum ada dukungan data yang menyatakan bahwa pemerintah terbukti memiskinkan rakyatnya karena angka PDB PPP di atas semakin meningkat.

Tidak terbukti pemerintah telah memiskinkan sebagian besar masyarakat secara struktural. Pemandangannya ibarat rangkaian mutiara berkualitas, butiran mutiara indah tersebar dari Sabang hingga Merauk dan dari Pulau Miangas hingga Pulau Rote.

Peneliti Institut Pengembangan Ekonomi dan Keuangan (Indef); yang juga merupakan dosen Universitas Mercu Buana

Temukan berita terkini tepercaya dari kantor berita politik RMOL di berita Google.
Mohon mengikuti klik pada bintang.



Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *