Lonjakan bahan baku menyebabkan produsen tahu dan tempe di Tasikmalaya bangkrut. Menaikkan harga akan mengakibatkan turunnya omzet, dengan tidak menaikkan harga mereka akan merugi atau setidaknya mengurangi margin keuntungan.
Produsen dan penjual tahu-tempe berupaya semaksimal mungkin agar usahanya tetap berjalan dan tidak bangkrut. Salah satunya adalah dengan memperkecil ukuran tahu dan tempenya.
Penjual tahu dan tempe di Pasar Cikurubuk Tasikmalaya, Arman Maulana, 40, mengaku belum menaikkan harga secara signifikan dalam empat bulan terakhir. Namun saat ini penjual sedang mengurangi ukuran tahu dan tempenya.
“Kalau naik memang tidak banyak, tapi produksinya kita kelola dengan memperkecil ukuran tahu tempe agar tidak merugi,” ujarnya. Agensi Pers RMOLJabarJumat (24.11.).
Arman menjelaskan, jika diketahui harganya Rp 4 ribu, saat ini dijual dengan harga Rp 5 ribu per bungkus dalam ukuran lebih kecil.
“Iya, tempe saat ini dijual dengan harga berkisar Rp1.000 hingga 15.000 per potong. Tempe sama dengan tahu, ukurannya diperkecil karena mengikuti takaran produsen,” jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pengurangan ukuran tahu tempe pasti akan berdampak pada omzet penjualan.
“Banyak pembeli yang mengeluh dan keberatan, bahkan ada yang membatalkan pembeliannya karena akan dijual kembali sebagai makanan olahan,” jelasnya.
Pedagang berharap harga kedelai bisa kembali stabil sehingga ukuran tahu dan tempe di pasaran bisa kembali normal.
“Saat ini harga kedelai di Tasikmalaya berkisar Rp 12.700 per kilogram, yang sebelumnya berkisar Rp 10.200 per kilogram,” pungkas Arman Maulana.
Temukan berita terkini tepercaya dari kantor berita politik RMOL di berita Google.
Mohon mengikuti klik pada bintang.
Quoted From Many Source